Nabi Muhammad, sosok manusia yang penuh kelembutan. Beliau sering
diludahi, dikatakan gila, dilempari kotoran hewan, dan lain sebagainya.
Pernah ada seorang laki-laki yang apabila Nabi lewat depan rumahnya, ia
selalu meludahi Nabi. Terus begitu setiap hari. Suatu hari, Nabi lewat
depan rumahnya seperti biasa. Namun beliau heran, karena beliau tidak
mendapati laki-laki tersebut meludahinya. Maka bertanyalah beliau kepada
tetangga laki-laki tersebut. Rupanya laki-laki itu sedang sakit. Apakah
nabi Muhammad merasa senang? Nabi Muhammad justeru bertamu ke rumah
laki-laki itu untuk menjenguk dan menghibur laki-laki itu. Maka kagumlah
laki-laki itu akan akhlaq beliau. Nabi Muhammad bukanlah sosok yang
mudah marah jika dihina. Beliau hanya marah jika seseorang menghina
Allah.
Muhammad Ar-Rasul di Tha’if
Sepeninggal Abu Thalib, gangguan kafir Quraisy terhadap Rasulullah
saaw semakin bertambah ganas. Ketika beliau merasakan gangguan kaum
musyrikin Quraisy bertambah hebat dan tetap menolak serta menjauhi agama
Islam, beliau berpikir untuk meninggalkan Makkah dan pergi ke Tha’if.
Beliau berharap akan memperoleh dukungan penduduk setempat dan akan
menyambut baik ajakan beliau untuk memeluk agama Islam. Dengan harapan
itu, Muhammad saaw sang Rasul bersama Zaid bin Haritsah, anak angkat
beliau saaw, pergi ke Tha’if.
Banyak tokoh Quraisy membangun tempat peristirahatan di sana. Kabilah
terbesar di Tha’if adalah Bani Tsaqif, kabilah yang berkuasa serta
mempunyai kekuatan fisik dan ekonomi yang cukup memadai. Mengetahui akan
hal ini, Rasulullah saaw menemui pemimpin Bani Tsaqif yang terdiri dari
tiga bersaudara.
Rasulullah saaw menyampaikan maksud kedatangan beliau dan mengajak
mereka untuk memeluk Islam dan tidak menyembah selain Allah SWT. Namun
jawaban dari mereka sungguh di luar harapan Nabi Muhammad saaw.
Salah satu dari mereka berkata, “Apakah Allah tidak dapat memperoleh seseorang untuk diutus selain engkau?”
Yang lainnya berkata, “Kami hidup turun-temurun di sini. Tiada
kesusahan atau pun penderitaan. Hidup kami makmur, serba berkecukupan,
dan kami merasa senang dan bahagia. Oleh sebab itu, kami tak perlu
agamamu. Juga tidak perlu dengan segala ajaranmu. Kami pun punya Tuhan
yang bernama Al-Latta, yang memiliki kekuatan melebihi berhala Hubal di
Ka’bah. Buktiny dia telah memberikan kesenangan di sini dengan segala
kemewahan dan kekayaan yang kami miliki.”
Yang lainnya lagi berkata, “Jauh berbeda dengan ajaran yang kalian
tawarkan. Penuh siksaan dan daerah yang selalu penuh dengan derita. Jels
kami menolak ajaran kalian. Bila tidak, akan menimbulkan malapetaka
bagi penduduk kami di sini.”
Mendengar jawaban mereka, berkata Muhammad Rasulullah saaw, “Bila
memang demikian, kami pun tidak memaksa. Maaf kalau telah mengganggu
kalian. Kami mohon diri.”
Berkata mereka, “Pergilah kalian cepat-cepat dari sini! Sebelum kau
sebarkan bencana besar bagi penduduk di sini. Oh ya, kedatangan kalian
ke sini tak bisa kami diamkan begitu saja. Mau tak mau kami harus
melaporkan hal ini kepada pemimpin Bani Quraisy di Makkah sebagai mitra
kami. Kami tidak ingin berkhianat kepada mereka.”
Maka Rasulullah saaw dan Zaid bin Haritsah keluar dari rumah para
pemimpin Bani Tsaqif itu. Akan tetapi, para pemimpin Bani Tsaqif tidak
membiarkan mereka berdua pergi begitu saja. Di luar rumah para pemimpin
Bani Tsaqif, Rasulullah saaw dan Zaid bin Haritsah dihadang oleh
sekelompok penduduk kota Tha’if yang tampaknya tidak ramah. Bahkan di
antara kelompok itu ada beberapa anak kecil. Dengan satu aba-aba dari
seseorang, sekelompok penduduk itu pun melempari Rasulullah saaw dan
Zaid bin Haritsah dengan batu. Zaid bin Haritsah berusaha melindungi
Rasulullah saaw sambil pergi dari tempat itu. Mereka berdua terluka
akibat lemparan-lemparan itu.
Setelah agak jauh dari kota Tha’if, Rasulullah berteduh dekat sebuah pohon sambil membersihkan luka-luka mereka.
Sesudah agak tenang, Rasulullah mengangkat kepala menengadah ke atas,
ia hanyut dalam suatu doa yang berisi pengaduan yang sangat
mengharukan:
“Allahumma ya Allah, kepadaMu juga aku mengadukan kelemahanku, kurangnya
kemampuanku serta kehinaan diriku di hadapan manusia. Wahai Tuhan Yang
Mahapengasih Mahapenyayang. Engkaulah yang melindungi si lemah, dan
Engkaulah Pelindungku. Kepada siapa hendak Kauserahkan daku? Kepada
orang yang jauhkah yang berwajah muram kepadaku, atau kepada musuh yang
akan menguasai diriku? Asalkan Engkau tidak murka kepadaku, aku tidak
peduli, sebab sungguh luas kenikmatan yang Kaulimpahkan kepadaku. Aku
berlindung kepada Nur Wajah-Mu yang menyinari kegelapan, dan karenanya
membawakan kebaikan bagi dunia dan akhirat. Janganlah Engkau timpakan
kemurkaanMu kepadaku. Engkaulah yang berhak menegur hingga berkenan
pada-Mu. Dan tiada daya upaya kecuali dengan Engkau.”
Allah mengutus Jibril untuk menghampiri beliau saaw. Jibril berkata,
“Allah mengetahui apa yang telah terjadi di antara kamu dan penduduk
kota Tha’if. Dia telah menyediakan malaikat di gunung-gunung di sini
untuk menjalankan perintahmu. Jika engkau mau, maka malaikat-malaikat
itu akan menabrakkan gunung-gunung itu hingga penduduk kota itu akan
binasa. Atau engkau sebutkan saja suatu hukuman bagi penduduk kota itu.”
Rasulullah saaw terkejut dengan hal ini, lalu bersabda, “Walau pun
orang-orang ini tidak menerima ajaran Islam, aku harap dengan kehendak
Allah, anak-anak mereka pada suatu masa nanti akan menyembah Allah dan
berbakti kepada-Nya.” Demikianlah kelembutan hati Rasulullah saaw. Dia
manusia, tapi tak seperti manusia. Begitu mulya pengorbanan beliau.
Walaupun halangan menimpa, namun hatinya tetap tabah dan penuh
kelembutan dan kasih-sayang. Maka betapa kejinya orang-orang yang
menghina manusia mulya ini. Betapa jahatnya orang-orang yang menyakiti
beliau. Akan tetapi manusia di zaman ini begitu mudah menyakiti perasaan
beliau dengan meninggalkan ajaran beliau saaw. Tidak tahukah mereka,
bahwa setiap hari amal-amal mereka dihadapkan kepada Rasulullah? Jika
amal itu baik, maka beliau pun bergembira dan bersyukur. Jika amal itu
buruk, maka beliau dengan kelembutannya memohonkan ampunan kepada Allah
bagi orang itu. Adakah pemimpin yang selalu memikirkan ummatnya dari
sejak di dunia hingga di kehidupan berikutnya selain beliau saaw?
Tak jauh dari tempat istirahat Rasulullah saaw dan Zaid bin Haritsah,
terdapat sebuah kebun milik ‘Utbah bin Rabi’ah. Kebetulan dua orang
anak ‘Utbah berada di situ. Melihat keadaan Rasulullah saaw dan Zaid,
mereka menyuruh budak mereka, ‘Addas, yang beragama Nashrani untuk
membawakan buah anggur dari kebun itu.
Pelayan itu segera menghampiri Rasulullah saaw dan berkata, “Makanlah
anggur ini wahai tuan-tuan. Semoga dapat melepaskan dahaga kalian.”
Kemudian Rasulullah saaw mengambil anggur itu sambil mengucapkan,
“Bismillah.”
Addas, demi mendengar ucapan Rasulullah saaw, merasa kagum dan
berkata, “Sungguh, kata-kata itu tidak pernah diucapkan penduduk daerah
ini.”
Rasulullah saaw bertanya, “Dari negara mana engkau dan apa agamamu?”
‘Addas menjawab, “Aku seorang penganut Nashrani, aku berasal dari
Niniwe.”
Rasulullah saaw berkata, “Oh, dusun tempat seorang hamba Allah yang shalih, Yunus bin Matta.”
Addas bertanya penuh kekaguman, “Dari manakah Anda mengenal Yunus bin
Matta?” Rasulullah saaw menjawab, “Dia saudaraku. Dia seorang nabi, dan
aku pun seorang nabi.”
Dengan perasaan gembira bercampur haru, Addas memeluk Rasulullah dan menciumi kening, tangan dan kaki Rasulullah saaw.
Setelah merasa cukup beristirahat, Rasulullah saaw dan Zaid bin Haritsah beranjak pulang ke Makkah.
Yunus bin Matta adalah seorang Nabi dari Niniwe, terkadang disebut
juga sebagai Dzun Nun. Penduduk Niniwe begitu ingkar dan menolak ajaran
yang dibawa beliau as. Lalu beliau pergi dari negeri itu dengan
menggunakan perahu. Akan tetapi di tengah laut beliau terpaksa di buang
ke laut dan kemudian di makan ikan. Beliau tinggal di dalam perut ikan
selama tiga hari tiga malam. Kemudian beliau dimuntahkan ikan itu ke
tepi pantai dekat Niniwe. Penduduk Niniwe menyambut kedatangan beliau
yang ternyata penduduk Niniwe telah bertobat dan menerima ajaran yang
beliau bawa. Kisah ini dapat dilihat dalam Al-Qur`an surat Al-Anbiya`
ayat 87-88 dan Ash-Shaffat ayat 139-148
SUMBER :http://alkisah.web.id
Entri Populer
-
Saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Kak Hilal Asyraf, penulis dan pemilik blog langitillahi.blogspot.com. Semoga Alla...
-
1. Seorang lelaki datang menghadap Rasulullah saw. sambil betkata : “Ya, Rasulullah! Saya datang untuk melakukan bai’at berhijrah, dengan ...
-
Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kalian, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup para nabi… (QS 3...
-
Seandainya...kau jadi bagian dari separuh hatiku... Ku harap kau mampu membimbingku agar selalu dijalanNya... Membenarkan apabila ku salah...
-
Assalamu'alaykum warohmatullaah. sebelumnya saya pribadi terkejut membaca mengenai hal ini, namu disamping itu saya sbagai umat Musl...
-
mungkin aku ini insan yang paling hina... selalu berbuat dosa tak henti-hentinya... bila akhirat munagkin aku masuk Nar paling dulu,,, ...
-
Kini kakiku terasa berat unutk melangkah kesana kemari ... Kian hari terasa Iman dalam diriku kian minus... Waktu demi waktu berlalu nyany...
-
Perkenalkan nama saya Ivan Vebrian Nasution, saya berasal dari Palembang...saat ini saya Alhamdulillah sudah kerja NAMUN hatiku gelisah keti...
-
♥♥♥ Yaa Allah… Saat aku menyukai seseorang… Ingatkanlah aku bahwa akan ada sebuah akhir… Sehingga aku tetap bersama Yang Tak Pernah Berakhir...
-
Apakah hatiku ini salah pada cinta ??? Apakah hatiku ini telah salah menaruh hati pada insanmu Ya RABB ??? Bila aku salah berilah petu...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar